ABSTRAK
Penelitian
tindakan kelas ini berjudul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW PADA MATA
PELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA KOMPETENSI DASAR
MENDESKRIPSIKAN TRADISI SEJARAH DALAM MASYARAKAT INDONESIA MASA PRAAKSARA DAN
MASA AKSARA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 DONRI-DONRI TAHUN PELAJARAN 2015/2016”. Dilaksanakannya
penelitian tindakan kelas ini berangkat dari latar belakang perlunya pembaruan
dalam kegiatan belajar mengajar baik yang dilakukan oleh guru maupun oleh siswa
khususnya pada mata pelajaran sejarah. Rendahnya aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa yang tidak sesuai
dengan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah. Hal ini juga
tidak hanya terjadi pada diri siswa, tetapi dipengaruhi oleh peran guru sebagai
fasilitator, motivator serta masih digunakannya pendekatan pembelajaran
tradisional, materi pembelajaran tidak kontekstual.
Kegiatan
pembelajaran yang masih menggunakan pendekatan secara tradisional dapat
menimbulkan kejenuhan, kebosanan serta dapat menurunkan semangat, minat dan
motivasi siswa dalam belajar. Dengan demikian penelitian tindakan kelas sangat
berperanan penting dalam meningkatkan mutu kegiatan pembelajaran agar guru
selalu mengadakan inovasi atau pembeharuan baik terhadap perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, maupun menganalisis kegiatan pembelajaran.
Kegiatan
penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk memperoleh data dan
analisisnya melalui kajian-kajian reflektif, partisipatif, dan kolaboratif.
Sehingga pada kegiatan berikutnya dilakukan pengembangan program pembelajaran
berdasarkan pada data-data baik yang diperoleh dari siswa, guru dan setting
kegiatan sosial antar siswa maupun siswa dengan guru baik didalam kelas maupun
diluar kelas. Setiap kegiatan pembelajaran pada penelitian ini direncanakan
terlebih dahulu dan dilaksanakan melalui tiga macam siklus.
Untuk
meningkatkan kegiatan pembelajaran baik yang ditujukan pada proses khususnya
yang menyangkut aktivitas belajar baik anata guru dengan siswa, maka perlu
digunakan pendekatan pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw. Hal ini
perlu dilakukan agar siswa dapat memahami dan melaksanakan prinsip-prinsip
pembelajaran kooperatif maupun jigsaw. Diharapkan kegiatan pembelajaran akan
lebih efektif dan menyenangkan, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang
maksimal.
Setelah
dilaksanakan penelitian tindakan kelas maka dapat diperoleh data-data hasil
evaluasi kegiatan belajar siswa melalui ulangan ke 1 yaitu 64 (belum
menggunakan pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw). Setelah menggunakan
jigsaw maka hasil evaluasi kegiatan belajar siswa melalui ulangan meningkat
menjadi 71 pada siklus I, 73 pada siklus II dan 76 pada siklus III. Adapun
prosentase tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebelum menggunakan
jigsaw adalah 56 %, setelah menggunakan jigsaw secara bertahap mengalami
peningkatan dari 72 % pada siklus I, 86 % pada siklus II dan 100 % pada siklus
III.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Belajar merupakan proses yang
sangat penting dan mempunyai peranan utama dalam meningkatkan keberhasilan
siswa. Di mana hasil belajar yang diharapkan baik oleh guru maupun orang tua
adalah terjadinya peningkatan seluruh potensi yang dimiliki siswa, seperti
kognitif, afektif dan psikomotorik. Karena kegiatan belajar itu sendiri adalah
proses latihan terhadap seluruh potensi atau kemampuan yang dimiliki oleh
siswa. Oleh karena itu, maka siswalah yang seharusnya turut berpartisipasi
aktif dalam kegiatan belajar, sedangkan guru hanya berperan sebagai mediator,
moderator, fasilitator dan organisator.
Hasil belajar yang diharapkan
kadang kala tidak dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan baik didalam
standar kompetensi lulusan maupun kriteria ketuntasan minimal, tetapi hanya
sebagian kecil saja yang dapat mencapainya. Hal ini dapat terjadi karena
sebagian besar siswa masih beranggapan bahwa hasil belajara lebih penting,
sedangkan proses belajar diabaikan. Oleh karena itu apabila hasil belajar yang
diperoleh menurun maka akan berpengaruh pada turunnya tingkat aktivitas belajar
siswa.
Terjadinya ketidaksesuaian
antara proses belajar dan hasil belajar yang diharapkan oleh siswa karena
dipengaruhi kurangnya sarana sumber belajar yang dimiliki oleh siswa. Siswa
belum dapat memahami model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw secara utuh dan
menyeluruh serta belum dapat melaksanakan proses pembelajaran melalui kegiatan
diskusi kelompok.
Apabila guru tidak tanggap
terhadap gejala-gejala penyimpangan yang terjadi pada diri siswa, maka akan
berakibat pada semakin menurunnya tingkat aktivitas belajar. Selain itu,
seluruh potensi yang dimiliki oleh siswa juga tidak dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik. Sebagai akibatnya dapat membawa dampak yang lebih buruk, dimana
siswa tidak dapat menentukan kehidupannya sendiri dimasa yang akan datang.
Terhadap faktor-faktor yang
dapat menghambat aktivitas belajar siswa, hendaknya guru segera mengadakan
perbaikan perencanaan pembelajaran yang berkaitan dengan komponen-komponen
seperti tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, model pembelajaran, tipe
pembelajaran, metode pembelajaran, sserta sumber belajar dan alat penilaian.
B. Rumusan
Masalah
Dari uraian latar belakang
masalah sebagaimana yang tersebut diatas, maka dapat ditetapkan rumusan masalah
sebagai berikut ;
1.
Apakah
Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw Pada Mata Pelajaran Sejarah Dapat
Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Donri-Donri Tahun Pelajaran 2015/2016?
2.
Apakah
Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw Pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan
Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Indonesia Masa Praaksara dan Masa Akasara
Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Donri-Donri Tahun Pelajaran 2015/2016?
C. Tujuan
Penelitian
Kegiatan penelitian tindakan
kelas bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa, perkembangan
aktivitas belajar siswa serta terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku siswa
terhadap model pembelajaran tipe jigsaw.
D. Manfaat
Penelitian
Manfaat kegiatan penelitian
tindakan kelas atau clasroom action
research sebagai berikut ;
1.
Meningkatnya
kesadaran dalam diri siswa bahwa kegiatan belajar merupakan bagian penting untuk
melatih seluruh potensi-potensi yang dimilikinya sehingga dapat mencapai hasil
belajar baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
2.
Meningkatnya
kompetensi guru didalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengadakan
perbaikan dan tindak lanjut terhadap kegiatan belajar-mengajar sesuai dengan
model pembelajaran tipe jigsaw.
3.
Meningkatnya
mutu pendidikan yang diselenggarakan oleh SMA Negeri 1 Donri-Donri Tahun
Pelajaran 2015/2016?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
1.
Konsep
Belajar
Menurut Barlow (1985), belajar
adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung
secara progresif. Proses adaptasi akan mendatangkan hasil yang optimal apabila
diberi penguatan. Sedangkan menurut Hintzman, belajar adalah suatu perubahan
yang terjadi dalam diri organisme disebabkan oleh pengalaman yang dapat
mempengaruhi tingkah laku organisme. Pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk
apapun sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. Sehingga sampai
batas tertentu, pengalaman hidup dapat berpengaruh terhadap pembentukan
kepribadian organisme.
2.
Konsep
Mengajar
Menurut UUSPN/1989 Bab VII Psl
27 ayat 3; mengajar pada prinsipnya berarti proses perbuatan seseorang (guru)
yang membuat orang lain (siswa) belajar, dalam arti mengubah seluruh dimensi perilakunya
baik yang bersifat terbuka, seperti ketrampilan membaca (ranah karsa atau
psikomotorik) maupun yang bersifat tertutup, seperti berpikir (ranah cipta atau
kognitif) dan berperasaan (ranah rasa atau afektif). Sedangkan menurut Drs.
Muhibbin Syah, M.Ed mengajar adalah sebuah proses kependidikan yang sebelumnya
direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan serta dirancang untuk
mempermudah belajar (Drs. Muhibbin Syah, M.Ed, 1995:34).
Antara kegiatan mengajar dengan
kegiatan belajar keduanya memiliki hubungan yang sangat erat, integral dan
tidak dapat dipisahkan. Karena dalam kegiatan proses belajar mengajar terjadi
interaksi yang resiprokal, yakni adanya hubungan antara guru dengan siswa dalam
situasi yang bersifat pengajaran (Drs. Muhibbin Syah, M.Ed, 1995:239-240).
Sebelum proses kegiatan belajar mengajar dilaksanakan, hendaknya guru perlu
menyusun perencanaan terlebih dahulu. Dalam menyusun perencanaan tersebut, guru
harus mengorganisasikan seluruh elemen-elemen yang dibutuhkan dalam belajar. Adapun elemen-elemen tersebut meliputi :
a.
Tujuan
pembelajaran yang menjadi tolak ukur bagi siswa untuk mencapai target
pembelajaran, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
b.
Materi
pembelajaran adalah sejumlah informasi yang berisi tentang pengetahuan yang harus
dikuasai oleh siswa.
c.
Penilaian
adalah seperangkat alat yang digunakan untuk mengukur kemajuan hasil belajar
terhadap pengetahuan yang sudah dimilikinya.
Selain sasaran tertulis
seperti yang tercantum dalam tujuan pembelajaran, masih terdapat sasaran tidak
tertulis yang dikenal dengan “objektive
in mind”. Seperti yang telah
dijelaskan dalam UUSPN/1989 Bab VII Psl 27 ayat 3, bahwa perubahan tingkah laku
sebagai hasil belajar siswa tidak hanya ditunjukkan oleh perubahan pada ranah
kognitif saja, tetapi terjadi pula perubahan-perubahan lain pada ranah afektif
dan psikomotorik. Perubahan yang mengarah pada ranah kognitif dapat dengan
mudah diukur melalui sejumlah alat penilaian, seperti ulangan harian, ulangan
tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas. Sedangkan
perubahan tingkah laku pada ranah afektif dan psikomotorik sangat sulit untuk
diukur, hal ini masih saja terjadi karena baik guru maupun siswa menganggap
bahwa perubahan tingkah laku tersebut tidak mempunyai arti yang signifikan.
Meskipun demikian perubahan yang menuju pada tingkah laku afektif dan
psikomotorik perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Karena perubahan
ini mengarah pada bentuk perbuatan lain, seperti cara mengambil keputusan
dengan bijaksana dan konstruktif . Dalam arti siswa dapat mengintegrasikan
seluruh pengetahuannya tersebut menjadi perbuatan-perbuatan fisik secara nyata.
Agar mutu hasil belajar yang
sudah ditetapkan dalam jangka panjang maupun jangka pendek oleh pemerintah,
sekolah dan guru dapat tercapai, maka upaya yang dilakukan oleh guru adalah
menggunakan model, tipe serta metode pembelajaran yang sekiranya dapat membantu
siswa dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu untuk menjawab faktor-faktor yang
dapat menghambat kegiatan belajar siswa, maka penulis berusaha menggunakan
model pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw.
Menurut Anita Lie (2004 : 8)
bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil agar dapat bekerjasama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai suatu tujuan. Di mana model
pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan aspek ketrampilan sosial
sekaligus ketrampilan kognitif dan aspek sikap siswa. Dalam model pembelajaran
kooperatif tersebut guru berusaha untuk menciptakan suasana belajar yang
mendorong siswa saling membutuhkan dan saling ketergantungan positif satu sama
lain. Saling ketergantungan positif dapat tercapai melalui :
a.
Saling
ketergantungan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
b.
Saling
ketergantungan dalam melaksanakan tugas, terhadap bahan atau sumber belajar.
c.
Saling
ketergantungan dalam didalam memainkan perannya masing-masing.
d.
Saling
ketergantungan memperoleh hasil atau hadiah yang diinginkan.
Selain menciptakan suasana
saling membutuhkan dan ketergantungan positif, model pembelajaran ini juga
memiliki manfaat sebagai berikut ;
a.
Meningkatkan
kemampuan untuk bekerjasama dan bersosialisasi.
b.
Melatih
kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap dan perilaku selama
bekerjasama.
c.
Mengurangi rasa
kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri.
d.
Meningkatkan
motivasi belajar, harga diri dan sikap perilaku positif, sehingga dalam
pembelajaran kooperatif peserta didik akan tahu kedudukannya dan belajar untuk
saling menghargai satu sama lain.
e.
Meningkatkan
prestasi belajar melalui prestasi akademik, sehingga dapat membantu peserta
didik dalam memahami konsep-konsep yang sulit.
Untuk mendukung keberhasilan
dalam pelaksanaknaan model pembelajaran kooperatif learning, maka perlu digunakan juga
langkah-langkah metode jigsaw yang pertama kali dikembangkan oleh Elliot
Aronson dan kawan-kawan dari Universitas Texas. Adapun langkah-langkah metode jigsaw adalah sebagai berikut :
a.
Kelas dibagi
menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa dengan
karakteristik yang hiterogin.
b.
Bahan
akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, kemudian setiap siswa
bertanggung jawab untuk mempelajari satu bagian dari bahan akademik tersebut.
c.
Para anggota
dari beberapa tim yang berbeda bertanggung jawab untuk memperlajari suatu
bagian akademik yang sama, kemudian berkumpul untuk saling membantu dalam
mengkaji bahan tersebut. Oleh karena itu kumpulan siswa semacam ini disebut
kelompok pakar (expert group).
d.
Selanjutnya
para siswa yang berada dalam kelompok akar tersebut kembali kekelompok semula (home
teams) untuk mengajarkannya kembali kepada para anggotanya agar dapat
menguasai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.
e.
Setelah
diadakan pertemuan dan diskusi dalam (home teams), kemudian para siswa
dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari. Sedangkan
siswa yang memperoleh skor tertinggi diberi penghargaan oleh guru.
B. Kerangka
Berpikir
Bahwasanya mutu hasil belajar
dapat ditingkat oleh siswa baik secara individual maupun klasikal. Peningkatan
mutu hasil belajar secara individual mengacu pada berkembangnya kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Akan tetapi proses sosialisasi dan
interaksi antar sesama siswa dengan lingkungan belajarnya perlu mendapat
perhatian yang sungguh-sungguh. Karena dalam proses tersebut, antar individu
dapat memperoleh informasi yang berkaitan dengan pengetahuan dalam rangka
mengembangkan kemampuan ranah kognitifnya.
Oleh karena itu agar kegiatan
belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka guru perlu
menetapkan materi bahan ajar yang disesuaikan dengan model, tipe, metode dan
media pembelajaran yang tepat. Disamping itu, pemilihan model, tipe, metode dan
media pembelajaran perlu disesuaikan dengan kondisi siswa yang memiliki tingkat
kemampuan serta latar belakang yang berbeda-beda.
Salah satu alternatif
pengembangan seluruh aspek kemampuan siswa melalui mata pelajaran sejarah
adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif learning. Dalam proses pembelajaran
koperatif learning tersebut antar siswa dapat menjalin kerjasama dalam satu
kelompok (home group) untuk
memperoleh informasi yang berhubungan dengan pengetahuan. Dengan demikian proses pembelajaran tersebut dapat berpusat pada siswa atau
student centered. Sedangkan peranan
guru hanya sebagai mediator, fasilitator dan organisator terhadap seluruh unsur
pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa.
C. Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan
kerangka berpikir seperti tersebut diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis
tindakan sebagai berikut ;
“Penerapan model pembelajaran tipe jigsaw pada mata pelajaran sejarah dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X di SMA Negeri 1 Donri-Donri tahun pelajaran 2015/2016 (Pada
kompetensi dasar mendeskripsikan tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia
masa praaksara dan masa aksara)”.
BAB III
METODE PENILITIAN
A. Setting
Penilitan
Kegiatan penelitian tindakan
kelas ini ditujukan pada siswa-siswi kelas X di SMA Negeri 1 Donri-Donri yang diawali dengan penyusunan proposal dan pengajuan proposal. Setelah
proposal diajukan dan mendapat persetujuan, maka dilanjutkan dengan penyusunan
instrumen penelitian, pengumpulan data, analisis data, pembahasan dan
penyusunan laporan hasil penelitian.
Adapun setting
penelitian tindakan kelas ini meliputi;
1.
Tempat
Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan di SMA Negeri 1 Donri-Donri, Kabupaten Soppeng, dengan mengambil obyek penelitian pada kelas X. Di pilihnya kelas X karena
berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti oleh penulis, yakni mengenai
rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran sejarah.
2.
Waktu
Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan selama 4 (empat) bulan, yakni antara bulan September 2015 sampai dengan bulan Desember 2015. Adapun
pelaksanaan kegiatan ini dimulai dari penyusunan proposal dan instrumen pada
bulan September 2015. Kemudian pada bulan Oktober dan November 2015 dilakukan
pengumpulan data melalui tindakan pada siklus I dan siklus II. Terhadap data-data
yang telah diperoleh, kemudian dilakukan analisis dan pembahasan pada bulan
Desember 2015. Setelah proses analisis dan pembahasan selesai, maka pada bulan
Desember 2015 penulis menyusun laporan hasil penelitian tindakan kelas.
B. Subjek
Penelitian
Subjek yang diambil pada
penelitian tindakan kelas ini adalah siswa-siswi di kelas X.4 SMA Negeri 1 Donri-Donri pada tahun pelajaran 2015 / 2016. Sedangkan jumlah siswa yang terdapat dalam kelas X.4 adalah 15 orang
laki-laki dan 21 orang perempuan.
C. Data dan
Sumber Data
Sumber data merupakan sumber
primer yang diperoleh dari subyek penelitian, berupa hasil-hasil ulangan harian
yang dilaksanakan sebanyak 3 (tiga) kali sesuai dengan jumlah siklus yang
dilaksanakan.
D. Teknik dan
Alat Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data tentang
hasil belajar siswa maka digunakan teknik tes yang terdiri dari 5 (lima) butir
soal tes tertulis guna mengukur hasil belajar siswa. Sedangkan untuk mengetahui
tingkat aktivitas dan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar maka digunakan
teknik observasi yang berupa lembar observasi aktivitas belajar siswa.
E. Validasi
Data
Untuk memperoleh data yang
valid, maka terlebih dahulu perlu disusun instrument penelitian. Agar terpenuhi
validitas teoritik, terutama validitas isi (Content Validity) disusunlah
kisi-kisi soal untuk ulangan harian yang berkaitan dengan kompetensi dasar mendeskripsikan
tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa praaksara dan masa aksara.
F. Teknik
Analisa Data
Data yang diperoleh pada
penelitian ini adalah berupa data kuantitatif mengenai tugas individu dan tugas
kelompok. Selain itu diperlukan pula data
kualitatif yang berasal dari hasil ulangan harian siswa. Untuk itu digunakan
analisis deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai hasil ulangan harian
kondisi awal (sebelum dilakukan penelitian), hasil ulangan harian siklus 1
hasil ulangan harian pada siklus II dan hasil ulangan harian pada siklus III.
G. Prosedur
Penelitian
Desain penelitian dalam
penelitian tindakan kelas ini, mengacu pada model Kurt Lewin sebagaimana
terdapat dalam modul PTK yang diterbitkan Tim PUDI DIKDASMEN LEMLIT UNY. Komponen pokok
dalam penelitian tindakan kelas Kurt Lewin adalah :
1.
Perencanaan (planning)
2.
Pelaksanaan (acting)
3.
Pengamatan (observing)
4.
Refleksi (reflecting)
Hubungan keempat konsep pokok
tersebut dapat digambarkan dengan diagram berikut (Tim Pudi Dikdasmen Lemlit
UNY, 2008 : 6). Dari bagan tersebut dapat diuraikan beberapa kegiatan sebagai
berikut :
1. Siklus I
a. Perencanaan ( Planning )
1.
Peneliti
atau guru melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang
akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
learning tipe jigsaw.
2.
Membuat
rencana pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe
jigsaw.
3.
Membuat lembar
kerja siswa.
4.
Membuat
instrumen yang akan digunakan pada siklus Penelitian Tindakan Kelas.
5.
Menyusun alat
evaluasi pembelajaran.
b. Tindakan ( Acting )
1.
Guru membagi siswa menjadi delapan kelompok yang terdiri satu kelompok
pakar dan tujuh kelompok asal ( home group ) dari dengan anggota antara 4-5
orang siswa.
2.
Menyajikan materi pembelajaran.
3.
Setiap kelompok diberi materi diskusi.
4.
Guru mengarahkan siswa dalam diskusi kelompok.
5.
Salah satu wakil pada setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi
didepan kelas.
6.
Siswa diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan terhadap presentasi
yang disampaikan oleh wakil setiap kelompok.
7.
Guru memberikan kuis atau pertanyaan.
8.
Guru melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar siswa.
9.
Guru bersama siswa melakukan penguatan dan membuat kesimpulan hasil
belajar siswa.
c. Pengamatan ( Observasi )
1.
Guru mengamati kegiatan belajar siswa.
2.
Guru mengamati keaktifan siswa dalam kegiatan belajar.
3.
Guru mengamati kemampuan kerjasama siswa dalam diskusi kelompok.
d. Refleksi
Penelitian Tindakan Kelas ini dapat berhasil jika sudah memenuhi beberapa
syarat sebagai berikut :
1.
Sebagian besar
siswa atau 75 % dari sejumlah siswa sudah berani dan mampu menjawab pertanyaan
dari guru.
2.
Sebagian besar
siswa atau 70 % dari sejumlah siswa sudah berani menanggapi dan mengemukakan
pendapat tentang jawaban siswa yang lain.
3.
Sebagian besar
siswa atau 70 % dari sejumlah siswa sudah berani dan mampu bertanya tentang
materi pembelajaran pada guru.
4.
Lebih dari 80 %
anggota kelompok aktif dalam mengerjakan tugas kelompoknya.
5.
Kelompok dapat
menyelesaikan tugas dari guru sesuai dengan waktu yang disediakan.
2. Siklus II
a. Perencanaan ( Planning )
Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada
siklus pertama.
b. Pelaksanaan (
Acting )
Guru melaksanakan model pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw
berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus pertama.
c. Pengamatan (Observasi
)
Peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran model
kooperatif learning tipe jigsaw.
d. Refleksi (
Reflekting )
Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua dan menyusun
rencana ( planning ) untuk siklus
ketiga.
3. Siklus III
a. Perencanaan ( Planning )
Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus
kedua.
b. Pelaksanaan (
Acting )
Guru melaksanakan pembelajaran model kooperatif learning tipe jigsaw
berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus kedua.
c. Pengamatan (
Observasi )
Peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran model
kooperatif learning tipe jigsaw.
d. Refleksi (
Reflekting )
Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus ketiga dan menyusun
analisis serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran model
kooperatif learning tipe jigsaw untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa dalam embelajaran sejarah.
H.
Indikator Kinerja
Dalam kegiatan Penelitian
Tindakan Kelas ini akan melihat indikator kinerja baik pada guru maupun siswa. Karena fungsi guru sebagai fasilitator sangat besar pengaruhnya pada
kinerja siswa.
1. Kinerja Guru
a.
Dokumentasi
yaitu berupa kehadiran siswa.
b.
Observasi yaitu
hasil pengamatan terhadap kegiatan belajar siswa.
2. Kinerja Siswa
a.
Tes yaitu
berupa rata-rata nilai ulangan harian.
b.
Observasi yaitu
berupa keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar mata pelajaran sejarah.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi
Awal
TABEL 1
Data hasil ulangan harian ke 1
NO
|
KETERANGAN
|
BELUM MENGGUNAKAN JIGSAW
|
ULANGAN HARIAN KE 1
|
||
1
|
Rata-rata
|
64
|
2
|
Nilai
tertinggi
|
70
|
3
|
Nilai
terendah
|
55
|
4
|
Jumlah
siswa seluruh
|
36
|
5
|
Jumlah
siswa yang belum tuntas
|
16
|
6
|
Jumlah
siswa yang sudah tuntas
|
20
|
7
|
Prosentase
ketuntasan
|
56
|
Sebelum penelitian tindakan
kelas dilaksanakan, tingkat penguasaan siswa terhadap materi sejarah pada
kompetensi dasar “Menjelaskan pengertian dan ruang lingkup sejarah“ masih
sangat rendah. Berdasarkan hasil analisis ulangan harian dapat diketahui bahwa
dari sejumlah 36 orang siswa pada kelas X A hanya 20 orang atau 56% yang dapat
mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan sisanya yaitu 16 orang atau 44 % belum
dapat menguasai materi pembelejaran dengan baik.
Rendahnya daya serap siswa
terhadap materi pembelajaran kerena guru masih menggunakan model pembelajaran
tradisional, dimana kegiatan belajar mengajar masih berpusat pada guru,
sedangkan aktivitas belajar siswa masih diabaikan. Pada model pembelajaran
tradisional seluruh informasi berasal dari guru, sedangkan siswa hanya menerima
secara pasif. Siswa hanya mengerjakan semua tugas yang disampaikan oleh guru,
tetapi tidak pernah memperoleh umpan balik, sehingga tidak dapat mengetahui
kelebihan dan kekurangannya. Model pembelajaran yang berpusat pada guru tersebut
dapat menimbulkan kejenuhan, rendahnya partisipasi dan aktifitas belajar pada
siswa.
Untuk mengatasi masalah
tersebut hendaknya guru melakukan perbaikan baik terhadap perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif learning tipe jigsaw. Kemudian mengadakan pembinaan kepada siswa
agar dapat memahami dan melaksanakan model pembelajaran kooperatif learning
tipe jigsaw.
B. Hasil
Penelitian Siklus I
Terlebih dahulu peneliti atau guru menyusun perencanan dengan melakukan analisis terhadap kurikulum untuk
menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada
siswa. Kemudian memahami langkah-langkah model pembelajaran kooperatif learning
tipe jigsaw dan membuat rencana pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif learning tipe jigsaw. Membuat lembar kerja siswa dan menyusun alat
evaluasi pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran pada saat
awal siklus pertama, belum sesuai dengan rencana. Hal ini disebabkan karena
sebagain siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar berkelompok. Serta masih
terdapat kelompok yang belum dapat memahami dan melaksanakan langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw secara utuh dan menyeluruh.
Untuk mengatasi masalah tersebut diatas maka perlu dilakukan upaya dengan
memberi pengertian kepada siswa mengenai kondisi kelompok, kerjasama kelompok,
keikutsertaan siswa dalam kelompok. Selanjutnya guru membantu dan membimbing
kelompok yang belum memahami langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
learning tipe jigsaw.
Pada saat saat akhir siklus pertama guru memperoleh kesimpulan bahwa siswa
mulai terbiasa dengan kondisi belajar berkelompok, dapat memahami dan
melaksanakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif learning tipe
jigsaw.
Hasil evaluasi siklus I yang berkaitan dengan penguasaan siswa terhadap
materi pembelajaran sudah menacapai katergori baik dengan perolehan skor nilai
rata-rata yaitu 71. Dimana setelah hasil ulangan harian ke 2 dianalisis hanya
26 orang atau 72 % yang dapat mencapai ketuntasan, sedangkan sisanya yaitu 10
orang atau 28 % belum tuntas. Meskipun tingkat ketuntasan belajar pada siklus I
belum dapat mencapai 75 % sudah mulai ada peningkatan jika dibandingkan dengan
hasil ulangan harian ke 1 yang belum menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw.
Untuk memperbaiki pelaksanaan
pembelajaran pada siklus I maka perlu diadakan refleksi dan perencanaan ulang. Langkah-langkah perbaikan hendaknya memperhatikan kondisi
siswa yang belum terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif learning tipe
jigsaw, sehingga masih merasa kurang senang dan antusias dalam belajar. Sedangkan terhadap kelompok yang belum menyelesaikan tugas dengan waktu
tepat waktu dan belum dapat mempresentasikan hasil tugasnya perlu mendapat
perhatian dan bimbingan yang intensif.
Untuk meperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah
dicapai pada siklus pertama, maka pada pelaksanaan siklus kedua guru perlu
memberikan motivasi dan membimbing kelompok agar lebih aktif dan dapat
menguasai langkah-langkah model pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw.
Sedangkan bagi kelompok yang sudah yang sudah menguasai model pembelajaran
kooperatif learning tipe jigsaw hendaknya guru perlu memberikan pengakuan atau
penghargaan (reward).
C. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
Seperti pada siklus pertama siklus kedua terdiri dari empat tahap yakni
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi serta replaning, sebagai
berikut:
1.
Perancanaan pada siklus kedua berdasarkan planing
siklus pertama, dimana guru memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih
aktif lagi dalam kegiatan pembelajaran. Kemudian membimbing kelompok yang masih
mengalami kesulitan pada kegiatan diskusi serta memberikan pengakuan atau
penghargaan pada kelompok yang sudah mampu melaksanakan kegiatan diskusi.
2.
Pada pelaksanaan pembelajaaran siklus II suasana
pembelajaran sudah mengarah pada model pembelajaran kooperatife learning tipe
jigsaw. Siswa sudah mampu mengerjakan lembar kerja akademik yang diberikan oleh
guru dengan baik dan tepat waktu. Selain itu sudah terdapat aktivitas siswa
untuk saling membantu dalam menguasai materi pelajaran melalui kegiatan diskusi
antar sesama kelompok. Sebagian besar siswa merasa termotivasi untuk bertanya
dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain sehingga pada gilirannya
sudah tercipta suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
3.
Hasil evaluasi penguasaan siswa terhadap materi
pembelajaran pada siklus kedua melalui ulangan harian ke 3 sudah termasuk
kategori baik yakni dari skor ideal 100 nilai rata-rata skor perolehan adalah
73. Selain itu prosentase ketuntasan belajar sudah mengalami kenaikan dari 72 %
pada siklus I menjadi 86 % pada siklus II.
4.
Refleksi dan Perencanaan Ulang terhadap pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II mengalami kemajuan perlu ditindak lanjuti agar
kegiatan pembelajaran pada siklus III mencapai kemajuan yang lebih optimal. Hal
ini didasarkan pada kegiatan pembelajaran siklus II yang sudah mengalami
kemajuan dimana aktivitas siswa dalam kegiatan belajar sudah mengarah ke
pembelajaran kooperatif dan siswa sudah dapat menjalin kerjasama kelompok dengan baik. Sehingga pada kegiatan belajar
siklus II ini siswa dapat memahami dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
guru dengan baik dan tepat waktu. Kemudian pada akhir kegiatan diskusi siswa
sudah dapat mempresentasikan hasil kerjanya. Terjadinya peningkatan aktivitas
belajar siswa tidak lepas dari peran guru yang sudah memberikan bimbingan
secara intensif terhadap siswa yang masih mengalami kesulitan dalam diskusi
kelompok. Sehingga pada siklus II guru sudah dapat mempertahankan suasana
pembelejaran model kooperatif tipe jigsaw serta dapat meningkatkan hasil
belajar siswa melalui ulangan harian ke 3 dengan perolehan skor nilai rata-rata
yaitu 73 sedangakan tingkat ketuntatasan belajar siswa pada siklus ketiga naik
menjadi 86 %.
D. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus III
Siklus ketiga terdiri dari empat tahap yakni perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi serta replaning, sebagai berikut :
1.
Perancanaan ( Planing ) pada siklus ketiga ini
berdasarkan replaning siklus kedua
dimana guru memberikan motivasi dan membimbing siswa agar dapat
meningkatkan aktivitas belajar melalui diskusi kelompok. Kemudian memberikan
pengakuan kepada kelompok yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat
waktu.
2.
Pada pelaksanaan siklus III suasana pembelajaran sudah
lebih maju lagi yang mengarah pada pembelajaran kooperatif learning tipe
jigsaw. Dimana setiap kelompok sudah mampu mengerjakan lembar kerja akademik
yang diberikan oleh guru dengan lebih baik lagi. Sudah menunjukkan adanya usaha
saling membantu dan kerjasama baik antar siswa maupun kelompok untuk menguasai
materi pembelajaran melalui kegiatan diskusi dan tanya jawab. Siswapun sudah
termotivasi untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan memberikan
tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok lain. Dengan demikian pelaksanaan
pembelajaran pada siklus III ini sudah tercipta suasana pembelajaran yang
efektif dan menyenangkan.
3.
Hasil evaluasi pada siklus ketiga penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran melalui ulangan harian ke 4 dengan perolehan nilai
rata-rata 76 dari skor ideal 100. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat penguasaan
materi pelajaran sejarah oleh siswa sudah termasuk kategori sangat baik dengan
prosentase tingkat ketuntasan belajar mencapai 100 % dari 36 orang siswa.
Sedangkan pencapaian nilai tertinggi adalah 95 dan nilai terendahnya adalah 86,
dengan demikian sudah dapat mencapai kriteria ketumtasan minimal (KKM) yang
sudah ditetapkan yaitu 86. Sebagai bahan perbandingan pencapaian hasil belajar
siswa maka dibawah ini disajikan tabel hasil belajar siswa :
TABEL 2
Data
perolehan hasil ulangan harian
NO
|
KETERANGAN
|
BELUM
MENGGUNAKAN JIGSAW
|
SUDAH
MENGGUNAKAN JIGSAW
|
||
uh ke 1
|
uh ke 2
|
uh ke 3
|
uh ke 4
|
||
1
|
Rata-rata
|
64
|
71
|
73
|
76
|
2
|
Nilai
tertinggi
|
70
|
91
|
92
|
95
|
3
|
Nilai
terendah
|
55
|
59
|
59
|
68
|
4
|
Jumlah
siswa seluruh
|
36
|
36
|
36
|
36
|
5
|
Jumlah
siswa yang belum tuntas
|
16
|
10
|
5
|
0
|
6
|
Jumlah
siswa yang sudah tuntas
|
20
|
26
|
31
|
36
|
7
|
Prosentase
ketuntasan
|
56
|
72
|
86
|
100
|
4.
Refleksi terhadap keberhasilan yang diperoleh pada
siklus ketiga karena aktivitas siswa dalam kegiatan sudah mengarah ke
pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw dengan lebih baik lagi. Siswa
sudah mampu membangun kerjasama dalam kelompok dan turut berpartisipasi aktif
dalam kegiatan belajar, sehingga dapat memahami tugas yang diberikan oleh guru
dan mengerjakannya dengan lebih baik serta tepat waktu. Terjadinya peningkatan
aktivitas belajar ini karena siswa dalam diri sudah muncul motivasi belajar untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa
ini karena didorong oleh keinginan guru untuk mempertahankan suasana
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan sehingga pada gilirannya siswa dapat
memahami dan melaksanakan model pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Penerapan model pembelajaran kooperatif learning tipe
jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar mengajar yang dapat berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa maupun kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang efektif dan efisien.
2.
Hasil penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
menunjukkan adanya peningkatan dengan nilai perolehan rata-rata 64 pada ulangan
harian ke 1 yang belum menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe
jigsaw. Setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw
nilai ulangan harian siswa mengalami peningkatan secara bertahap yaitu pada
siklus I mencapai nilai rata-rata 71. Dengan diadakannya refleksi dan
perencanaan ulang maka terjadi peningkatan yang labih baik lagi, dimana pada
siklus II mencapai nilai rata-rata 73 sedangkan pada siklus II mencapai nilai
rata-rata 76.
3.
Sedangkan prosentase tingkat ketuntasan belajar siswa
mengalami kemajuan yang signifikan mulai dari 56 % pada ulangan harian ke 1
yang belum menggunakan model pembelejaran kooperatif learning tipe jigsaw menjadi
72 % pada siklus I. Sedangkan pada siklus II prosentase ketuntasan naik menjadi
86 % sudah termasuk kategori baik diatas 75 % dan pada akhir siklus III
prosentase ketuntasan sudah termasuk kategori lebih baik yaitu menjadi 100%.
4.
Melalui pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw
siswa dapat membangun kerjasama kelompok dalam rangka untuk memperoleh
pengetahuan, langkah-langkah penyelesaian masalah dengan cara saling memberikan
bantuan baik secara individual maupun kelompok.
5.
Melalui pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw,
maka pembelajaran sejarah menjadi lebih berarti dan menyenangkan.
B. Saran
Dengan demikian bahwa pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada diri siswa baik secara individual
maupun kelompok pada mata pelajaran sejarah. Oleh karena itu maka kami
menyampaikan saran-saran sebagai berikut :
1.
Dalam setiap kegiatan pembelajaran seyogyanya guru
menggunakan pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw sebagai suatu
alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya pada
mata pelajaran sejarah.
2.
Karena kegiatan penelitian tindakan kelas sangat
bermanfaat bagi guru dan siswa, maka diharapkan agar kegiatan ini perlu
dilanjutkan agar kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Drever,
James, Kamus Psikologi, Bina Aksara, Jakarta, 1998.
Hidayatullah,
Furqon. M, Pengembangan Profesionalisme Guru, Panitia Sertifikasi Guru
Rayon 13, UNS Press, Surakarta, 2010.
Kunandar, S.Pd,
M.Si. Langkah Mudah Penelitian Tindakan
Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Rajawali Pers, PT Rajagrafindo
Persada, Jakarta, 2010.
Santyasa,
Wayan, I, Metodologi Penelitian Tindakan Kelas, Universitas Pendidikan
Ganesha Press, Singaraja, 2007.
Sugiyanto,
Drs, M.Si, M.Si, Model-Model Pembelajaran
Inovatif, Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13, UNS Press, Surakarta, 2009.
Suwandi, Sarwidji, Penelitian
Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah, Panitia Sertifikasi Guru Rayon
13, UNS Press, Surakarta, 2010.
Syah,
Muhibbin, Drs. M.Ed, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Remaja
Rosdakarya, Bandung, 1995.
2 komentar:
penulis penelitian ini siapa???
Slots - Hotel & Casino, Waterloo, Ontario, Canada - Mapyro
Find rooms 용인 출장마사지 from 평택 출장안마 $60 to 울산광역 출장마사지 $3,000 on Trip Advisor's Slots. Compare 아산 출장샵 hotel prices and find the best 오산 출장샵 deal for your trip.
Posting Komentar