Jumat, 26 Februari 2016

Analisis Unsur Instrinsik dan Ektrinsik Novel Dau Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin



ANALISIS UNSUR INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK
NOVEL “DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN”

1.    IDENTITAS BUKU
a.    Judul : Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
b.    Pengarang : Tere Liye
c.     Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
d.    Tahun Terbit : Juni 2010
e.    Jumlah halaman : 264 Halaman
f.      Sampul Buku


https://i2.wp.com/d.gr-assets.com/books/1275263124l/8343444.jpg
 














2.    SINOPSIS
Novel ini mengisahkan tentang kehidupan Tania, seorang gadis perempuan yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Hidupnya menjadi semakin sulit ketika sang ayah meninggal dunia, dan membuat ibunya menjadi tulang punggung keluarga kecil yang terdiri dari Tania, dan seorang adiknya bernama Dede. 
Dengan segala keterbatasan yang menghimpitnya, Tania dan Dede akhirnya berhenti bersekolah. Mereka mulai mengisi hari-hari mereka dengan berjalan dari mobil ke mobil, mengamen, menyanyikan lagu-lagu dewasa demi mengumpulkan pundi-pundi uang yang diharapkan bisa meringankan beban sang ibu, yang bekerja serabutan dan seringkali sakit. Tapi semua kesulitan itu mendadak sirna, saat Tania menemukan seseorang
Hari itu malam mulai larut. Tania dan Dede mengamen di sebuah bis kota yang penuh dengan orang-orang yang baru pulang kantor. Saat mengamen itulah, Tania yang berbaju lusuh dan tidak memakai alas kaki menginjak sebuah paku payung, menciptakan luka di telapak kakinya dan membuat darah segar mengalir deras.
Saat itulah seseorang itu menolongnya. Ia membersihkan luka di kaki Tania, menutupnya dengan saputangan yang ia miliki. Kemudian dibelikannya Tania obat merah untu menyembuhkan lukanya.
Keesokan harinya Tania kembali mengamen. Dengan kakinya yang pincang, ia kembali bernyanyi dari satu bis ke bis lainnya, bersama Dede. Rupanya, ia bertemu lagi dengan seseorang itu.seseorang itu datang menghampirinya dan Dede, kemudian menyerahkan dua buah kotak dan menyerahkannya kepada Tania dan Dede. 
Kotak tersebut berisi dua buah sepatu, satu untuk Tania dan satu untuk Dede. Hari itu juga seseorang itu berkunjung kerumahnya, bertemu dengan ibunya. Ia mengatakan kepada sang ibu bahwa ia akan menyekolahkan Tania dan Dede hingga tamat.       
Sejak itulah kehidupan Tania mulai berubah. Ia kembali bersekolah, kembali menuntut ilmu berkat seseorang yang kehadirannya ia anggap seperti malaikat di kehidupannya.  Seseorang itu, yang bernama Danar. Tania kemudian mulai merasakan perasaan ganjil itu: Jatuh cinta. Tetapi dirinya masih terlampau kecil dan tidak mengerti akan perasaan yang menyelimuti hatinya itu.
Namun, tak lama setelah nasib baik itu menghampirinya, cobaan kembali datang menerpa dirinya. Ibunya meninggal. Hidup Tania terus berlanjut meski duka menyelimuti hatinya. Tak lama setelah kepergian ibunya, Tania menerima beasiswa untuk bersekolah menengah di  Singapura. Dengan nasihat Oom Danar, ia berangkat ke Singapura, meninggalkan Dede, pusara ibu, dan tentu saja meninggalkan dia.
Tiga tahun terlewati. Tania kembali pulang ke Indonesia, dan menghabiskan masa liburannya. Meski setelahnya, ia kembali ke Singapura untuk melanjutkan studi sekolah menengah atasnya disana. Saat hari kelulusan SMA-nya, Oom Danar datang dengan kekasihnya, Kak Ratna, dan adiknya, Dede. Saat itulah Oom Danar dan kak Ratna menyampaikan bahwa mereka memutuskan untuk menikah. Tania kaget bukan main. Setelah kepulangan mereka, Tania bertekad untuk tidak datang ke acara pernikahan mereka.
Dan Tania benar-benar tidak datang, meski Oom Danar sendiri yang memintanya. Meski kak Ratna sudah mendatangi kediamannya di Singapura beberapa hari sebelum pernikahannya, hanya untuk membujuk agar Tania mau datang ke pernikahan tersebut.Tania tidak mau datang karena ia mengira jawaban dari pertanyaannya selama ini tentang perasaan Oom Danar yang sebenarnya sudah jelas didepan mata: Malaikatnya itu tak pernah mencintainya. Padahal ia sudah berusaha untuk menjadi yang terbaik untuk pemuda itu, menuruti semua perkataannya, dan tumbuh menjadi gadis yang cantik, cerdas, dan dewasa.
 Semuanya terus berlanjut sampaiakhirnya suatu hari Tania menerima e-mail dari kak Ratna yang bercerita tentang kehidupan rumah tangganya dengan Oom Danar. Cerita-cerita itulah yang kemudian membuat Tania memutuskan untuk kembali pulang. Tania pulang ke Indonesia. Dan semuanya terungkap. Sesampainya Tania di Indonesia, Dede akhirnya bercerita tentang semuanya, maksud dari semua perlakuan Oom Danar selama ini, dan sebuah draf novel di laptop Oom Danar yang pernah ia baca, yang katanya tidak akan selesai.
Karena novel itu bercerita tentang Tania dan Oom Danar. Tentang perasaan Oom Danar yang sebenarnya: bahwa ia juga memendam rasa yang sama kepada Tania. Tapi novel itu berhenti, dan tidak akan pernah selesai, berhenti pada saat hari pernikahan Oom Danar dengan Kak Ratna. Tania kemudian bergegas menemukan Oom Danar. Tania bertemu dengan Malaikatnya itu dibawah pohon linden, dekat rumah kardus mereka dulu. Dan disinilah akhirnya semua kebenaran terungkap, Semua perasaan terluapkan. Tetapi tidak ada yang berubah, karena semuanya sudah terlambat. Bahwa Oom Danar sudah bersama Kak Ratna, dan Kak Ratna sedang mengandung. Akhirnya, jalan yang terbaik adalah sama-sama melepaskan, dan mengikhlaskan perasaan yang selama ini mereka pendam diam-diam itu.

3.    UNSUR INSTRINSIK
a.    Tema
Tema dalam novel ini adalah "Cinta tak harus memiliki", seperti  dalam kutipan berikut "Cinta tak harus memiliki. Tak ada yang    sempurna dalam kehidupan ini." (hal.256)
Tema dalam novel ini adalah “Ikhlas dalam menerima takdir tuhan.” Seperti dalam kutipan berikut:

“Ketahuilah, Tania dan Dede.... Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin.... Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semunya..” (hlm.63)

“Bahwa hidup harus menerima.. penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti...pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami...pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan.” (hlm. 196)
b.    PENOKOHAN
1)    Tania (Tokoh Aku)
Tania adalah seorang gadis yang cerdas, cantik, dewasa, bertanggung jawab, menepati janji, tulus, setia, membanggakan, dan berlapang dada. Selain itu, Tania juga seorang yang menyayangi keluarganya, terutama adik dan ibunya. Ia rela mengorbankan sekolahnya demi membantu sang ibu mengumpulkan pundi uang untuk kelangsungan hidup mereka.
Cerdas
“Setelah berjuang habis-habisan di ujian terakhir, akhirnya aku berhasil melampaui 0,1 digit si nomor satu selalu. Tipis sekali. Aku mendapatkan peringkat terbaik.” (hlm. 127)
Cantik
“Aku tahu aku cantik. Tubuhku proporsional. Rambut hitam legam nan panjang. Menurut seseorang yang akan penting sekali dalam semua urusan malam ini: “mukamu bercahaya oleh sesuatu, Tania..””  (hlm. 15)
Membanggakan
“Lihatlah....Tania yang dewasa dan cantik. Tania yang akan selalu membanggakan ibu. Tania yang akan selalu membanggakan.” (hlm. 192)
2)    Oom Danar.
Danar adalah seorang pemuda yang tampan, dewasa, baik, murah hati, penyayang, dan menyukai anak-anak. Ia juga pandai menulis, sehingga novel-novel karyanya laku keras di pasaran hingga merambah ke mancanegara.
Tampan
“Dia berkeliling berkenalan dengan teman-temanku. Maggie yang orangtuanya tinggal di Selangor mendesis, “wow, cute,” saat bersalaman dengannya. Teman-temannya ikut tertawa. Berbisik dengan genitnya. Lebih ramai.” (hlm. 95)

Baik
“Dia beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok di hadapanku. Mengeluarkan saputangan dari saku celana. Meraih kaki kecilku yang kotor dan hitam karena bekas jalanan. Hati-hati membersihkannya dengan ujung saputangan. Kemudian membungkusnya perlahan-lahan.” (hlm. 24)

“saat kami akan turun, ia memberikan selembar uang sepuluh ribuan,”untuk beli obat merah.” (hlm.24)
3)    Dede.
Dede adalah seorang pemuda yang baik, menyanyangi keluarganya, cerdas, memilki nalar yang tinggi, tampan, serta tidak bisa diam. Dede seringkali menyeletuk dan mengoceh ketika sedang berkumpul dengan Oom Danar, Tania, dan Kak Ratna. Ia memiliki hobi bermain lego, sejak lego pertama yang ia dapatkan dari Oom Danar sewaktu ia kecil dulu. Ia juga pandai bercerita, karena sering bercerita bersama Oom Danar di kelas mendongeng.
Cerdas
“Dede ranking empat dikelas, meski tidak ikut ulangan umum karena sakit.” (hlm.44)
4)    Ratna
Kak Ratna adalah seorang perempuan yang berperawakan seperti artis. Ia baik, menyenangkan, cantik, pengertian, mau mendengarkan, penyabar, dan tulus. Ia begitu menyayangi Danar sehingga tidak begitu menyadari perasaan yang sebenarnya Danar simpan diam-diam.
c.     ALUR
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran atau alur maju mundur. Hal ini dibuktikan oleh tahapan cerita berikut ini:
1)    Pengenalan/Awal cerita.
Awal Cerita dalam novel ini dimulai dengan narasi Tania yang berlokasi di sebuah toko buku. Toko buku inilah yang mengaitkan segala cerita yang kelak akan mengalir. Narasi yang dipaparkan adalah narasi mengenai perasaan Tania, sang tokoh utama, yang kemudian berlanjut dengan pengenalan berbagai tokoh dalam cerita ini.
2)    Konflik/ awal permasalahan
Permasalahan/konflik dalam cerita ini berlangsung ketika Tania kecil mulai merasa perasaan yang mengganggu ketika dirinya, Danar, Kak Ratna, Dede, dan Ibu berjalan bersama ke Dunia Fantasi. Ia mulai merasa cemburu. Selain itu, konflik juga terjadi ketika Kak Ratna memberitahu dirinya bahwa ia dan Danar akan segera menikah.
3)    Klimaks/Puncak permasalahan
Klimaks dari novel ini adalah terletak pada bagian ketika menjelang akhir, yakni ketika Tania bertemu dengan Oom Danar di bawah pohon Linden dan membicarakan mengenai kejujuran yang sebenarnya dari seluruh perasaan yang mereka pendam selama ini.
4)    Anti Klimaks
Anti Klimaks dari novel ini adalah ketika Tania memutuskan untuk berdamai dengan perasaannya sendiri dan ingin berusaha melepaskan bayang-bayang Danar di benaknya.
5)    Resolusi/Penyelesaian
Resolusi dari cerita ini adalah ketika Tania akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Danar dan kembali melanjutkan hidupnya dengan kembali ke Singapura.

d.    LATAR
1)    Latar Tempat
Yang menjadi latar tempat dalam novel ini adalah daerah di negara Indonesia dan Singapura. Seperti  ketika di Indonesia, novel ini mengambil latar tempat di :
Ø  rumah kardus Tania: 
“dan akhirnya sampailah kami kepada pilihan rumah kardus.” (hlm.30)
Ø  lingkungan rumah kardus Tania:
“aku, adikku, dan Ibu sering duduk dibawah rumah kardus kami, menatap pohon yang mekar tersebut dibawah bulan purnama, seperti malam ini.” (hlm. 232)
Ø  toko buku favorit Danar:
“Lantai dua toko buku terbesar kota ini. Sudah setengah jam lebih aku terpekur berdiam diri disini. Mengenang semua kejadian itu. Mengenangnya. “ (hlm. 104)
Ø  rumah sakit:
“menyuruh kami mandi di kamar mandi rumah sakit.” (hlm. 57)
Ø  pusara Ibu:
“Aku tersenyum sambil bersibak, agar mereka berdua bisa merapat ke pusara ibu.” (hlm. 195)
Ø  Kontrakan Danar
“Sehari setelah ibu meninggal, aku dan adikku pindah ke kontrakannya.” (hlm. 67)
Ø  Bandara:
“ketika tiba di bandara, dia dan Dede sudah menjemputku di lobbi kedatangan luar negeri.” (hlm. 78)
Novel ini juga mengambil latar tempat di Singapura yaitu di :
Ø  Bandara Changi:
“pukul 15.00 aku mengantar mereka ke Bandara Changi” (hlm. 102)
Ø  NUS (National University of Singapore):
“Aku mengajaknya jalan-jalan di Kampus National University of Singapore (NUS)” (hlm. 100)
Ø  Toko buku terbesar di Singapura:
“buktinya, saat Dede ingin membeli buku-buku di salah satu toko buku terbesar di Singapura, ia hanya mengangguk, mengiyakan.” (hlm. 96)

2)    Latar Waktu
Ø  Pagi hari
“besok pagi-pagi, ibu mengganti perban itu dengan lap dapur, saputangan itu dicuci.” (hlm. 24)
Ø  Siang hari
“kami makan siang di kantin mahasiswa.” (hlm. 101)
Ø  Sore hari
“aku ingat sekali, sore hari Minggu itu seperti biasa aku dan adikku pulang lebih lama dibandingkan anak-anak lain.” (hlm.38)
Ø  Malam hari
“malam-malam duduk didepan kontrakan berlalu percuma.” (hlm. 37)

3)    Latar Suasana
Ø  Menyenangkan
“pesta sweet seventeen-ku hanya seperti itu. (meski bagiku itulah pesta terbaik selama ini)” (hlm. 95)
Ø  Menyedihkan
“Kak.. kenapa Ibu dibungkus?” aku hanya menggeleng lemah. Usianya delapan tahun, dan ia belum mengerti benar tentang kata “kematian”” (hlm. 62)
Ø  Mengharukan
“tahukah kau. Danar tadi sempat berkaca-kaca mendengar pidatomu.” (hlm. 130)
Ø  Mengagetkan
“mukaku memang terlanjur memerah. Semua ini mengejutkan.” (hlm. 131)

e.    SUDUT PANDANG
Sudut pandang dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama pelaku utama. Cerita ini dikisahkan melalu sudut pandang Tania, sang tokoh utama dari novel ini. Tercermin dalam kutipan berikut ini:
“aku mencintainya. Itulah semua perasaanku.” (hlm. 154)
“aku menimpuk kepala Anne dengan gumpalan tisu.” (hlm. 177)
“dia menoleh padaku. Kami bersitatap sejenak. Ya Tuhan, mata itu redup. Redup sekali.” (hlm.237)
f.      GAYA BAHASA
1)    Simile
“seseorang yang bagai malaikat hadir dalam kehidupan keluarga kami...” (hlm.128)
2)    Asosiasi
“mobil beringsut seperti keong.” (hlm. 65)
3)    Hiperbola
“seseorang yang membuatku rela menukar semua kehidupan ini dengan dirinya.” (hlm.129)
“Esok malamnya e-mail kak Ratna berdarah-darah.” (hlm. 228)
4)    Personifikasi
Angin malam memainkan anak rambut.”(hlm.236)
Daun yang jatuh tak pernah membenci angin.” (hlm. 63)
g.    AMANAT
Amanat yang terkandung dalam novel ini ialah, terkadang hal yang terbaik adalah menerima. Menerima, bahwa segala hal yang terjadi tidak selalu seperti apa yang kita inginkan. Menerima, dan belajar untuk mengikhlaskan. Jika sesuatu itu memang bukan hadir untuk kita, Meski seberapapun besar usaha yang kita perbuat, meski seberapa susahnya pun kita berjuang, meski seberapa sakitnya pun kita bertahan, dan meski seberapapun indahnya memori yang ada bersama seseorang tersebut, kita tidak akan bisa mendapatkannya. Karena yang terbaik menurut kita, belum tentu yang terbaik menurut kehendak Tuhan.
Dan ketika kita menghadapi suatu musibah, suatu masalah, atau apapun yang negatif, hendaknya kita tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Karena sedih dan senang itu datangnya satu paket. Tuhan maha adil, dan tidak akan membiarkan hambanya bersedih kecuali apabila hambanya memang sanggup untuk menanggungnya. Alih-alih bersedih, sebaiknya kita semakin mengembangkan diri kita dan menjadi lebih baik lagi, seperti yang dilakukan Tania. Meski Danar tidak jadi bersamanya, ia tetap melanjutkan hidup dan menjadi seseorang yang sukses di Singapura.
Karena cinta tidak harus memiliki.
4.    UNSUR EKSTRINSIK
a.    Nilai Sosial
Menolong orang dengan tidak memandang siapa yang di tolong karena menolong dengan ikhlas seperti dalam novel tokoh Danar yang menolong Tania dengan tidak memandang siapa Tania.
b.    Nilai Moral
Memberi pengetahuan kepada kita bahwa sesuatu yang terlihat sulit nyatanya tidak sesulit yang kita lihat jika kita ingin bersungguh sungguh mencapainya seperti dalam novel tokoh Tania yang pantang menyerah menjalani hidupnya walau banyak rintangan yang menghalanginya.





































0 komentar:

Posting Komentar