ANALISIS
UNSUR INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK
NOVEL
“DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN”
1. IDENTITAS
BUKU
a.
Judul
: Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
b.
Pengarang
: Tere Liye
c.
Penerbit
: PT. Gramedia Pustaka Utama
d.
Tahun
Terbit : Juni 2010
e.
Jumlah
halaman : 264 Halaman
f.
Sampul
Buku
![]() |
2. SINOPSIS
Novel ini mengisahkan tentang
kehidupan Tania, seorang gadis perempuan yang berasal dari keluarga yang kurang
mampu. Hidupnya menjadi semakin sulit ketika sang ayah meninggal dunia, dan
membuat ibunya menjadi tulang punggung keluarga kecil yang terdiri dari Tania,
dan seorang adiknya bernama Dede.
Dengan segala keterbatasan yang
menghimpitnya, Tania dan Dede akhirnya berhenti bersekolah. Mereka mulai
mengisi hari-hari mereka dengan berjalan dari mobil ke mobil, mengamen,
menyanyikan lagu-lagu dewasa demi mengumpulkan pundi-pundi uang yang diharapkan
bisa meringankan beban sang ibu, yang bekerja serabutan dan seringkali sakit.
Tapi semua kesulitan itu mendadak sirna, saat Tania menemukan seseorang.
Hari itu malam mulai larut. Tania
dan Dede mengamen di sebuah bis kota yang penuh dengan orang-orang yang baru
pulang kantor. Saat mengamen itulah, Tania yang berbaju lusuh dan tidak memakai
alas kaki menginjak sebuah paku payung, menciptakan luka di telapak kakinya dan
membuat darah segar mengalir deras.
Saat itulah seseorang itu menolongnya. Ia membersihkan luka di kaki Tania,
menutupnya dengan saputangan yang ia miliki. Kemudian dibelikannya Tania obat
merah untu menyembuhkan lukanya.
Keesokan harinya Tania kembali
mengamen. Dengan kakinya yang pincang, ia kembali bernyanyi dari satu bis ke
bis lainnya, bersama Dede. Rupanya, ia bertemu lagi dengan seseorang itu.seseorang itu datang menghampirinya dan Dede,
kemudian menyerahkan dua buah kotak dan menyerahkannya kepada Tania dan
Dede.
Kotak tersebut berisi dua buah
sepatu, satu untuk Tania dan satu untuk Dede. Hari itu juga seseorang itu
berkunjung kerumahnya, bertemu dengan ibunya. Ia mengatakan kepada sang ibu
bahwa ia akan menyekolahkan Tania dan Dede hingga tamat.
Sejak itulah kehidupan Tania mulai
berubah. Ia kembali bersekolah, kembali menuntut ilmu berkat seseorang yang
kehadirannya ia anggap seperti malaikat di kehidupannya. Seseorang itu, yang bernama Danar. Tania
kemudian mulai merasakan perasaan ganjil itu: Jatuh cinta. Tetapi dirinya masih
terlampau kecil dan tidak mengerti akan perasaan yang menyelimuti hatinya itu.
Namun, tak lama setelah nasib baik
itu menghampirinya, cobaan kembali datang menerpa dirinya. Ibunya meninggal.
Hidup Tania terus berlanjut meski duka menyelimuti hatinya. Tak lama setelah
kepergian ibunya, Tania menerima beasiswa untuk bersekolah menengah di Singapura. Dengan nasihat Oom Danar, ia
berangkat ke Singapura, meninggalkan Dede, pusara ibu, dan tentu saja
meninggalkan dia.
Tiga tahun terlewati. Tania kembali
pulang ke Indonesia, dan menghabiskan masa liburannya. Meski setelahnya, ia
kembali ke Singapura untuk melanjutkan studi sekolah menengah atasnya disana.
Saat hari kelulusan SMA-nya, Oom Danar datang dengan kekasihnya, Kak Ratna, dan
adiknya, Dede. Saat itulah Oom Danar dan kak Ratna menyampaikan bahwa mereka
memutuskan untuk menikah. Tania kaget bukan main. Setelah kepulangan mereka,
Tania bertekad untuk tidak datang ke acara pernikahan mereka.
Dan Tania benar-benar tidak datang,
meski Oom Danar sendiri yang memintanya. Meski kak Ratna sudah mendatangi
kediamannya di Singapura beberapa hari sebelum pernikahannya, hanya untuk
membujuk agar Tania mau datang ke pernikahan tersebut.Tania tidak mau datang
karena ia mengira jawaban dari pertanyaannya selama ini tentang perasaan Oom
Danar yang sebenarnya sudah jelas didepan mata: Malaikatnya itu tak pernah
mencintainya. Padahal ia sudah berusaha untuk menjadi yang terbaik untuk pemuda
itu, menuruti semua perkataannya, dan tumbuh menjadi gadis yang cantik, cerdas,
dan dewasa.
Semuanya terus berlanjut sampaiakhirnya suatu
hari Tania menerima e-mail dari kak Ratna yang bercerita tentang kehidupan
rumah tangganya dengan Oom Danar. Cerita-cerita itulah yang kemudian membuat
Tania memutuskan untuk kembali pulang. Tania pulang ke Indonesia. Dan semuanya
terungkap. Sesampainya Tania di Indonesia, Dede akhirnya bercerita tentang
semuanya, maksud dari semua perlakuan Oom Danar selama ini, dan sebuah draf
novel di laptop Oom Danar yang pernah ia baca, yang katanya tidak akan selesai.
Karena novel itu bercerita tentang
Tania dan Oom Danar. Tentang perasaan Oom Danar yang sebenarnya: bahwa ia juga
memendam rasa yang sama kepada Tania. Tapi novel itu berhenti, dan tidak akan
pernah selesai, berhenti pada saat hari pernikahan Oom Danar dengan Kak Ratna.
Tania kemudian bergegas menemukan Oom Danar. Tania bertemu dengan Malaikatnya
itu dibawah pohon linden, dekat rumah kardus mereka dulu. Dan disinilah
akhirnya semua kebenaran terungkap, Semua perasaan terluapkan. Tetapi tidak ada
yang berubah, karena semuanya sudah terlambat. Bahwa Oom Danar sudah bersama
Kak Ratna, dan Kak Ratna sedang mengandung. Akhirnya, jalan yang terbaik
adalah sama-sama melepaskan, dan mengikhlaskan perasaan yang selama ini mereka
pendam diam-diam itu.
3. UNSUR INSTRINSIK
a.
Tema
Tema dalam novel ini adalah
"Cinta tak harus memiliki", seperti dalam kutipan berikut
"Cinta tak harus memiliki. Tak ada yang sempurna
dalam kehidupan ini." (hal.256)
Tema
dalam novel ini adalah “Ikhlas dalam menerima takdir tuhan.” Seperti dalam
kutipan berikut:
“Ketahuilah, Tania dan Dede.... Daun
yang jatuh tidak pernah membenci angin.... Dia membiarkan dirinya jatuh begitu
saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semunya..” (hlm.63)
“Bahwa hidup harus menerima..
penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti...pengertian yang benar.
Bahwa hidup harus memahami...pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa
penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat
kejadian yang sedih dan menyakitkan.” (hlm. 196)
b.
PENOKOHAN
1)
Tania (Tokoh Aku)
Tania adalah
seorang gadis yang cerdas, cantik, dewasa, bertanggung jawab, menepati janji,
tulus, setia, membanggakan, dan berlapang dada. Selain itu, Tania juga seorang
yang menyayangi keluarganya, terutama adik dan ibunya. Ia rela mengorbankan
sekolahnya demi membantu sang ibu mengumpulkan pundi uang untuk kelangsungan
hidup mereka.
Cerdas
“Setelah berjuang habis-habisan di
ujian terakhir, akhirnya aku berhasil melampaui 0,1 digit si nomor satu selalu.
Tipis sekali. Aku mendapatkan peringkat terbaik.” (hlm. 127)
Cantik
“Aku tahu aku cantik. Tubuhku
proporsional. Rambut hitam legam nan panjang. Menurut seseorang yang akan
penting sekali dalam semua urusan malam ini: “mukamu bercahaya oleh sesuatu,
Tania..”” (hlm. 15)
Membanggakan
“Lihatlah....Tania yang dewasa dan
cantik. Tania yang akan selalu membanggakan ibu. Tania yang akan selalu
membanggakan.” (hlm. 192)
2) Oom
Danar.
Danar adalah
seorang pemuda yang tampan, dewasa, baik, murah hati, penyayang, dan menyukai
anak-anak. Ia juga pandai menulis, sehingga novel-novel karyanya laku keras di
pasaran hingga merambah ke mancanegara.
Tampan
“Dia berkeliling berkenalan dengan
teman-temanku. Maggie yang orangtuanya tinggal di Selangor mendesis, “wow,
cute,” saat bersalaman dengannya. Teman-temannya ikut tertawa. Berbisik dengan
genitnya. Lebih ramai.” (hlm. 95)
Baik
“Dia beranjak dari duduknya,
mendekat. Jongkok di hadapanku. Mengeluarkan saputangan dari saku celana.
Meraih kaki kecilku yang kotor dan hitam karena bekas jalanan. Hati-hati
membersihkannya dengan ujung saputangan. Kemudian membungkusnya
perlahan-lahan.” (hlm. 24)
“saat kami akan turun, ia memberikan
selembar uang sepuluh ribuan,”untuk beli obat merah.” (hlm.24)
3) Dede.
Dede adalah
seorang pemuda yang baik, menyanyangi keluarganya, cerdas, memilki nalar yang
tinggi, tampan, serta tidak bisa diam. Dede seringkali menyeletuk dan mengoceh
ketika sedang berkumpul dengan Oom Danar, Tania, dan Kak Ratna. Ia memiliki
hobi bermain lego, sejak lego pertama yang ia dapatkan dari Oom Danar sewaktu
ia kecil dulu. Ia juga pandai bercerita, karena sering bercerita bersama Oom
Danar di kelas mendongeng.
Cerdas
“Dede ranking empat dikelas, meski
tidak ikut ulangan umum karena sakit.” (hlm.44)
4) Ratna
Kak Ratna adalah
seorang perempuan yang berperawakan seperti artis. Ia baik, menyenangkan,
cantik, pengertian, mau mendengarkan, penyabar, dan tulus. Ia begitu menyayangi
Danar sehingga tidak begitu menyadari perasaan yang sebenarnya Danar simpan
diam-diam.
c.
ALUR
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran
atau alur maju mundur. Hal ini dibuktikan oleh tahapan cerita berikut ini:
1) Pengenalan/Awal
cerita.
Awal Cerita dalam
novel ini dimulai dengan narasi Tania yang berlokasi di sebuah toko buku. Toko
buku inilah yang mengaitkan segala cerita yang kelak akan mengalir. Narasi yang
dipaparkan adalah narasi mengenai perasaan Tania, sang tokoh utama, yang
kemudian berlanjut dengan pengenalan berbagai tokoh dalam cerita ini.
2) Konflik/
awal permasalahan
Permasalahan/konflik
dalam cerita ini berlangsung ketika Tania kecil mulai merasa perasaan yang
mengganggu ketika dirinya, Danar, Kak Ratna, Dede, dan Ibu berjalan bersama ke
Dunia Fantasi. Ia mulai merasa cemburu. Selain itu, konflik juga terjadi ketika
Kak Ratna memberitahu dirinya bahwa ia dan Danar akan segera menikah.
3) Klimaks/Puncak
permasalahan
Klimaks dari
novel ini adalah terletak pada bagian ketika menjelang akhir, yakni ketika
Tania bertemu dengan Oom Danar di bawah pohon Linden dan membicarakan mengenai
kejujuran yang sebenarnya dari seluruh perasaan yang mereka pendam selama ini.
4) Anti
Klimaks
Anti Klimaks dari
novel ini adalah ketika Tania memutuskan untuk berdamai dengan perasaannya
sendiri dan ingin berusaha melepaskan bayang-bayang Danar di benaknya.
5) Resolusi/Penyelesaian
Resolusi dari
cerita ini adalah ketika Tania akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Danar dan
kembali melanjutkan hidupnya dengan kembali ke Singapura.
d.
LATAR
1)
Latar Tempat
Yang menjadi
latar tempat dalam novel ini adalah daerah di negara Indonesia dan Singapura.
Seperti ketika di Indonesia, novel ini
mengambil latar tempat di :
Ø rumah kardus Tania:
“dan akhirnya sampailah kami kepada pilihan rumah kardus.”
(hlm.30)
Ø lingkungan rumah kardus Tania:
“aku, adikku, dan Ibu sering duduk dibawah rumah kardus
kami, menatap pohon yang mekar tersebut dibawah bulan purnama, seperti malam
ini.” (hlm. 232)
Ø toko buku favorit Danar:
“Lantai dua toko buku terbesar kota ini. Sudah setengah jam
lebih aku terpekur berdiam diri disini. Mengenang semua kejadian itu.
Mengenangnya. “ (hlm. 104)
Ø rumah sakit:
“menyuruh kami mandi di kamar mandi rumah sakit.” (hlm. 57)
Ø pusara Ibu:
“Aku tersenyum sambil bersibak, agar mereka berdua bisa
merapat ke pusara ibu.” (hlm. 195)
Ø Kontrakan Danar
“Sehari setelah ibu meninggal, aku dan adikku pindah ke
kontrakannya.” (hlm. 67)
Ø Bandara:
“ketika tiba di bandara, dia dan Dede sudah menjemputku di
lobbi kedatangan luar negeri.” (hlm. 78)
Novel ini juga mengambil latar tempat di Singapura yaitu di
:
Ø Bandara Changi:
“pukul 15.00 aku mengantar mereka ke Bandara Changi” (hlm.
102)
Ø NUS (National University of
Singapore):
“Aku mengajaknya jalan-jalan di Kampus National University
of Singapore (NUS)” (hlm. 100)
Ø Toko buku terbesar di Singapura:
“buktinya, saat Dede ingin membeli buku-buku di salah satu
toko buku terbesar di Singapura, ia hanya mengangguk, mengiyakan.” (hlm. 96)
2)
Latar Waktu
Ø Pagi hari
“besok pagi-pagi, ibu mengganti perban itu dengan lap dapur,
saputangan itu dicuci.” (hlm. 24)
Ø Siang hari
“kami makan siang di kantin mahasiswa.” (hlm. 101)
Ø Sore hari
“aku ingat sekali, sore hari Minggu itu seperti biasa aku
dan adikku pulang lebih lama dibandingkan anak-anak lain.” (hlm.38)
Ø Malam hari
“malam-malam duduk didepan kontrakan berlalu percuma.” (hlm.
37)
3)
Latar Suasana
Ø Menyenangkan
“pesta sweet seventeen-ku hanya seperti itu. (meski bagiku
itulah pesta terbaik selama ini)” (hlm. 95)
Ø Menyedihkan
“Kak.. kenapa Ibu dibungkus?” aku
hanya menggeleng lemah. Usianya delapan tahun, dan ia belum mengerti benar
tentang kata “kematian”” (hlm. 62)
Ø Mengharukan
“tahukah kau. Danar tadi sempat berkaca-kaca mendengar
pidatomu.” (hlm. 130)
Ø Mengagetkan
“mukaku memang terlanjur memerah.
Semua ini mengejutkan.” (hlm. 131)
e.
SUDUT PANDANG
Sudut pandang dalam novel ini adalah
sudut pandang orang pertama pelaku utama. Cerita ini dikisahkan melalu sudut
pandang Tania, sang tokoh utama dari novel ini. Tercermin dalam kutipan berikut
ini:
“aku mencintainya. Itulah semua perasaanku.” (hlm. 154)
“aku menimpuk kepala Anne dengan gumpalan tisu.” (hlm. 177)
“dia menoleh padaku. Kami bersitatap sejenak. Ya Tuhan, mata
itu redup. Redup sekali.” (hlm.237)
f.
GAYA BAHASA
1)
Simile
“seseorang yang bagai malaikat hadir dalam kehidupan keluarga kami...” (hlm.128)
2)
Asosiasi
“mobil beringsut seperti keong.” (hlm. 65)
3)
Hiperbola
“seseorang yang membuatku rela menukar semua kehidupan ini dengan dirinya.”
(hlm.129)
“Esok malamnya e-mail kak Ratna berdarah-darah.” (hlm. 228)
4)
Personifikasi
“Angin malam memainkan anak rambut.”(hlm.236)
“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin.” (hlm. 63)
g.
AMANAT
Amanat
yang terkandung dalam novel ini ialah, terkadang hal yang terbaik adalah
menerima. Menerima, bahwa segala hal yang terjadi tidak selalu seperti apa yang
kita inginkan. Menerima, dan belajar untuk mengikhlaskan. Jika sesuatu itu
memang bukan hadir untuk kita, Meski seberapapun besar usaha yang kita perbuat,
meski seberapa susahnya pun kita berjuang, meski seberapa sakitnya pun kita
bertahan, dan meski seberapapun indahnya memori yang ada bersama seseorang
tersebut, kita tidak akan bisa mendapatkannya. Karena yang terbaik menurut
kita, belum tentu yang terbaik menurut kehendak Tuhan.
Dan ketika kita menghadapi suatu musibah, suatu masalah,
atau apapun yang negatif, hendaknya kita tidak berlarut-larut dalam kesedihan.
Karena sedih dan senang itu datangnya satu paket. Tuhan maha adil, dan tidak
akan membiarkan hambanya bersedih kecuali apabila hambanya memang sanggup untuk
menanggungnya. Alih-alih bersedih, sebaiknya kita semakin mengembangkan diri
kita dan menjadi lebih baik lagi, seperti yang dilakukan Tania. Meski Danar
tidak jadi bersamanya, ia tetap melanjutkan hidup dan menjadi seseorang yang
sukses di Singapura.
Karena
cinta tidak harus memiliki.
4. UNSUR EKSTRINSIK
a.
Nilai Sosial
Menolong orang dengan tidak memandang siapa yang di tolong
karena menolong dengan ikhlas seperti dalam novel tokoh Danar yang menolong
Tania dengan tidak memandang siapa Tania.
b.
Nilai Moral
Memberi pengetahuan kepada kita bahwa sesuatu yang terlihat
sulit nyatanya tidak sesulit yang kita lihat jika kita ingin bersungguh sungguh
mencapainya seperti dalam novel tokoh Tania yang pantang menyerah menjalani
hidupnya walau banyak rintangan yang menghalanginya.
0 komentar:
Posting Komentar